Gadget

Review Xiaomi Mi A1

Xiaomi Mi A1 Tampak Depan

Tetap Juara Meski Tanpa Kamera Ganda?

***

Xiaomi Mi A1, atau Neng Mia saya memanggilnya, telah menemani saya kurang lebih 10 hari. Kemarin saya sudah menuliskan kesan pertama dan isi di dalam kotak smartphone Android One itu. Kali ini saya akan mencoba mengulas berbagai sisi lainnya.

***

Desain dan Kualitas pengerjaan

  • Satu kata: manis. Saya pilih warna hitam pekat (matte), karena benar-benar terlihat tanpa cela.
  • Bagian belakang sangat enak disentuh, kulit Neng Mia terasa begitu halusnya. Cuma, ini juga yang menyebabkan ia sangat licin. Xiaomi bilang sih anti sidik jari, tapi kenyataannya masih ada bekas. Sedikit.
  • Xiaomi Mi A1 lebih tinggi dari kebanyakan handphone berlayar 5,5 inchi: 155,4 mm. Jidat dan dagu-nya (bezel) begitu panjang. Tidak umum untuk handphone Xiaomi, lihat saja Redmi Note 4.
  • Lebarnya 75,8mm, termasuk normal, tapi saya kurang suka. Coba saja 2mm lebih ramping, pasti kenyamanan mengenggam meningkat. Untungnya ia tergolong langsing, tebalnya 7,3mm setipis handphone-handphone di rentang harga 4 juga ke atas (vivo v5 plus).
  • Bodi Neng Mia kebanyakan dari metal, alumunium mungkin tepatnya. Rasanya pejal, kokoh, tidak seperti Redmi 4A yang terkesan ringkih karena ringan dan bodi dari plastik yang metal look.
  • Sekarang kita tur keliling bodi-nya: Dibagian belakang ada kamera ganda yang menonjol keluar, tidak rata dengan bodi. Ia ditemani oleh dual led flash (cahaya alami), mendekati tengah ada lingkaran tempat pemindai sidik jari.
  • Performa fingerprint itu cepat, tapi tidak secepat pada vivo V3. Setelah sidik jari disentuh, ia lebih dulu menyalakan lampu led yang ada pada tiga tombol kapasitif baru mengaktifkan layar.
  • Peletakkan pemindai sidik jari itu pas. Tidak terlalu atas seperti pada Redmi 3 Prime.
  • Tombol power dan volume ada di sisi kiri. Letaknya pas, sentuhannya empuk dan membalnya pas.
  • Di bawah ada lubang audio 3,5mm, loudspeaker, mic input, dan USB-C. Hmm, kabar baik atau buruk? Tergantung, buat saya kabar buruk: artinya flashdisk OTG saya yang masih jadul tidak lagi berfungsi.
  • Bagian depan sangat bersih. Di sisi atas ada earpiece buat keluaran suara saat teleponan, di sebelahnya ada kamera, di sebelahnya lagi ada proximity sensor (yang tidak terlihat), dan disebelahnya lagi ada led untuk notifikasi. Warnanya putih. Hanya putih.
  • Sisi depan bawah ada tombol kapasitif khas Xiaomi. Bagusnya ia tersembunyi, baru hidup jika kita menekannya. Ya, ada lampu led juga di sini.

Kesimpulan: Desain dan build quality sangat baik, keluhan-keluhan kecil tadi tidak menghilangkan pesona-nya.

Display

  • Ukuran layar Xiaomi Mi A1 adalah 5,5 inchi. .. andai dimensi-nya lebih mungil lagi!
  • Teknologi layarnya LTPS (IPS), dengan resolusi Full HD 1920×1080, dengan kerapatan sekitar 400ppi.
  • Keluaran warnanya baik, terlihat alami, sudut pandang luas. Ia bisa menjadi sangat redup (nyaman saat malam, atau minim cahaya) dan bisa sangat terang bila menantang matahari. Tingkat kecerahannya mencapai 450nits.
  • Menyentuh display itu menyenangkan. Tidak butuh tenaga, sangat mulus dan responsif.
  • Bila dilihat seksama konstruksi layarnya juga menganut aliran 2.5D, sedikit melengkung. Membuatnya semakin manis.
  • Tingkat kecerahan bisa di atur secara otomatis. Sayangnya tidak ada tombol “auto” di pengaturan cepat.

Kesimpulan: Tampilan layar menjadi nilai tambah. Meski belum menggunakan teknologi OLED (AMOLED ataupun P-OLED).

Performa dan Benchmarking

  • Antutu: 6310
  • Geekbench: Single core 848, Multi Core 4069
  • Internal Memori: kecepatan Baca 206.99 MB/s; Tulis 200,08 MB/s (termasuk wow ini!).
  • Sisa memori internal 58,24GB (dari 64GB yang ada), RAM 2,3GB (dari 4GB yang disebut).
  • Chipset-nya favorit di kelas menengah: Qualcom Snapdragon 625. Dengan proses pabrikasi 14nm dan 8 inti cortex A53 berkecepatan 2,0GHz membuat Xiaomi Mi A1 terasa sangat mulus saat digunakan. Tanpa nge-lag. Belum lagi RAM-nya yang 4GB, multi tasking benar-benar jago. Mengaktifkan puluhan aplikasi sekaligus tidak masalah. Dan aplikasi itu benar-benar membeku dengan baik.
  • Contohnya game berat macam Asphalt 8: Airborne. Ia mulus dimainkan dengan mode grafis tertinggi. Bila tiba-tiba kita ingin membuka aplikasi lain, lalu memainkan kembali Asphalt itu, maka ia akan memulainya dari saat terakhir kita keluar. Tanpa perlu mengulang. Hebat! (Adreno 506 ikut berperan juga di sini).
  • Performa GPS mantap. Cepat mengunci posisi.
  • Browsing dengan chrome juga lancar jaya.
  • WiFi 802.11ac, dual band 2.4Ghz dan 5 GHz (bisa dipilih saat thetering). bahasa mudahnya: Sinyal bagus!
  • Tidak cepat panas. Saat saya gunakan untuk benchmarking dan main game terus-terusan, tetap terkendali.

Kesimpulan: Performa sesuai harapan. Tidak cepat panas.

OS (Android Nougat 7.1.2)

  • Saat baru terhubung dengan jaringan, ada notifikasi pembaruan perangkat. Saya kira bakalan naik ke OREO (karena besarnya 1GB lebih), ternyata bukan. Sekadar membasmi kutu dan memperbarui antivirus ke bulan September. Itu saja kah?
  • Tidak ada MIUI di sini. Jadi jangan harap bisa buat Whatsapp jadi dua, karena fitur dual apps itu bawaan MIUI.
  • Google memilih Xiaomi untuk melanjutkan proyek Android One yang sempat terhenti. Kali ini strategi sangat berbeda. Google dan Xiaomi menyasar kelas menengah, tidak lagi kelas bawah. Hasilnya? MIUI-nya Xiaomi berubah menjadi Android murni. Polos. Tanpa tambahan apapun.
  • Beberapa suka beberapa merasa janggal. Saya? setelah bermain-main sebentar, langsung pasang Microsoft Launcher. Saya memang bukan loyalis Google … wkwkw.
  • Ada alasannya tentu. Yang paling utama adalah: Tidak ada double tap to screen off/ on. Minim gesture secara umumnya. Untungnya untuk menurunkan notifikasi ada pilihan lain: menggunakan fingerprint.
  • Caranya, masuk ke setting kemudian gesture dan hidupkan pilihan swipe for notification. Jadi deh fingerprint bisa di geser-geser atas bawah untuk itu tadi. Handy!
  • Tidak ada aplikasi bawaan lain. Bahkan Mi Remote saja harus kita unduh dan pasang terlebih dulu dari playstore, untuk bisa memanfaatkan IR Blaster yang sudah tertanam.
  • Lalu apa yang istimewa dari Android Nougat 7.1.2? Yang paling terlihat adalah bentuk ikon yang kini bulat-bulat. Kelihatan lebih rapi, meski beberapa aplikasi ada yang tetap pada bentuk aslinya.
  • Kemudian notifikasi-nya. Sekarang dengan fitur bundel notifikasi dan balas langsung, kita tidak perlu masuk ke aplikasi untuk eksekusi perintah.
  • Contohnya begini: bila ada WA masuk dari Batman, Superman, dan Wolverine sekaligus. Maka kita bisa melihat dan bereaksi langsung satu persatu terhadap pesan itu. Isi pesan dari masing-masing juga dapat terbaca sepenuhnya.
  • Kelebihan berikutnya adalah: Split Screen dan double tap to switch. Fitur ini memungkinkan kita menjalankan dua aplikasi bersamaan. Ingin berpindah apkikasi? Klik saja dua kali tombol paling kiri kapasitif. Maka, otomatif aplikasi terakhir muncul.
  • Fitur Nougat menarik lainnya adalah ambient display. Tidak sekeren punya vivo yang bisa air unlock/ dan glance screen sekehendak hati sih, tapi lumayan daripada tidak ada.
  • Google Assistant juga sekarang lebih dekat. Setelah di setting (cocokkan suara “Ok Google”), maka kita bisa memanggil pembantu pribadi itu dari halaman apapun. Ia lebih humanis dan pintar sekarang. Menarik ternyata!
  • Yang juga menarik adalah ini: ukuran ikon di display bisa kita rubah. Bukan sekadar font.
  • 3D touch saat kita menekan lama pada aplikasi juga membantu. Eh, bukan 3D touch itu namanya ya. Apapun itu, misalnya ikon WA kita tekan lama, maka akan muncul tuh kontak yang sering kita hubungi. Dari sana kita bisa langsung memulai chat.
  • Ada bonus unlimited storage. Ini berlaku untuk foto dan video yang kita upload ke google drive. Caranya, sign-in dengan akum gmail kita lewat aplikasi photo.

Kesimpulan: Xiaomi tanpa MIUI dan hanya mengandalkan Android Nougat 7.1.2 tetap berlimpah fitur. Sayangnya, gesture dasar yang sering saya gunakan tidak tersedia.

Audio dan telepon

  • Xiaomi berani bilang pengalaman audio dengan Mi A1 ini akan mendalam. Karena pengeras suara-nya dibekali amplifier bertenaga 10V. Begitu juga dengan ampli untuk earphone-nya. Ia terpisah dari chipset. Xiaomi menyatakan bahwa mampu nge-drive headphone dengan impendance hingga 600Ω (ohm) sekalipun. WOW!
  • Rasanya?
  • Untuk Loudspeaker terdengar kencang dan nyaring. Keluaran suara masih dominan vokal (mid) dibanding frekuensi rendah (bass) dan tinggi (treble). Lumayan sih.
  • Untuk audio yang keluar dari lubang 3.5mm juga sama, ia lebih nyaring daripada vivo V3 yang saya pakai sehari-hari. Sayangnya kelebihan itu berhenti sampai di sana. Ia kalah bersih, kalah luas soundstage-nya, kalah separasi instrumennya. Intinya: kalah menyenangkan.
  • Belum lagi pengaturan volume yang memang sebatas 15 tingkat. Ini normal sebenarnya, tapi kalau sudah terbiasa menggunakan vivo dengan 30 tingkat volume rasanya tetap saja kurang.
  • Untuk telepon, Mi A1 dilengkapi dengan 2 mic. Satu untuk input suara, satu untuk penghalau kebisingan. Kedengarannya? Hening. Saya sangat suka dengan kualitas teleponnya.

Kesimpulan: loudspeaker lumayan, earphone tidak istimewa. Telepon jernih!

Kamera dan Video

  • Xiaomi dengan sangat Pede menyebut Mi A1 sebagai Flagship Dual Camera. Spesifikasinya biasa saja sih.
  • Pertama: Lensa dengan focal lenght setara 26mm, 12MP, f/2.2 dengan ukuran piksel 1.25µ Kedua: Lensa dengan focal lenght setara 50mm, 12MP, f/2.6, piksel 1.0µm.
  • Mengaktifkan kamera sangat mudah, tinggal klik dua kali tombol power, maka kita akan langsung masuk ke kamera. Dari halaman apapun, dari aplikasi apapun. (Harus diaktifkan terlebih dulu gesture ini di setting).
  • Meski sama-sama beresolusi 12MP, spesifikasi kamera pertama (sudut luas) lebih baik daripada kamera kedua (sudut normal, atau sempit, atau tele orang menyebutnya).
  • Aplikasi kamera seperti pada Mi series. Ada berbagai mode, dan pilihan manual-nya lebih lengkap dari Redmi series.
  • Fokus cepat, karena sensor mendukung Phase Detect Auto Focus (PDAF).
  • Tapi, fokus kamera keduanya tidak secepat yang pertama.
  • Hasil foto seperti Redmi Series: Cenderung pucat.
  • Kamera kedua cenderung memproduksi warna lebih kuning.
  • Potrait mode bekerja 50-50. Paling baik digunakan untuk memotret objek dengan wajah. Bila tidak ada wajah, maka kamera menjadi bingung. Tapi, bila pas maka hasilnya akan standout buat pajangan di sosmed.
  • Potrait mode bisa dicapai dengan menekan gambar orang pada tepi atas jendela kamera.
  • Hasil potrait mode cenderung memuluskan objek utama. Maksudnya gambar tidak setajam pada mode biasa.
  • Mode potrait bila digunakan saat cahaya minim (low light) maka akan ada peringatan yang muncul. Tetap bisa digunakan, tapi noise tinggi dan cenderung gelap.
  • Manual mode bisa mengatur shutter speed juga. Sayangnya paling cepat 1/1000 dan paling lama 1/15 detik. Sedangkan ISO mulai dari 100 hingga 3200.
  • Manual mode juga tidak berfungsi pada kamera kedua.
  • Bagaimana dengan kamera selfie nya? Di spek tidak ada yang istimewa, hanya 5MP dibantu lensa f/2.0 (yang lebih besar dari dua kamera di belakang). Ada juga beauty mode di pojok kanan atas. Untungnya bisa fokus otomatis!
  • Untuk urusan video (dan foto juga), ketiga lensa tidak ada yang dilengkapi OIS (Optical Image Stabilization). Kalo ada sih killer bener-bener.
  • Video bisa di rekam hingga resolusi 4K dengan 30fps. Untuk slow motion hanya bisa dilakukan dengan menurunkan mode ke HD. Setelah kita merekam, maka akan ada pilihan untuk mengatur bagian mana yang diperlambat dan pilihan untuk menstabilkan gambar.
  • Timelapse (kumpulan foto yang dijadikan video) juga tersedia.
  • Kualitas videonya bagaimana? Tidak bisa menilai lebih kang, cuma untuk kamera selfie-nya memang bisa merekam hingga resolusi Full HD, tapi bila tempat gelap maka frame rate nya turun dari 29 fps menjadi 15 fps saja (gambar patah-patah). Untuk kamera belakang sendiri mampu merekam hingga 4K, normal 30 FPS, dengan bit rate 42mbps. Masing-masing merekam dengan audio stereo.

Kesimpulan: Campur-campur. Secara umum lebih baik dari Redmi Series, minus masih sama di warna yang belum konsisten. Potrait mode juga hanya bagus untuk objek yang ada wajahnya, itu juga kadang masih terlihat editan di tepi objek (rambut, wajah).

 

 

 

 

Baterai

  • Kapasitasnya 3080 mAh. Tipenya Lithium Polimer.
  • Charger 10W (5V;2A). Tidak mendukung Quick Charging (atau FAST Charging atau Turbo Charging kompetitor menyebutnya).
  • Waktu pengisian: 30 menit kira-kira tambah 30%. Begitu seterusnya.
  • Jadi, bila kita mengisi baterai saat kondisi di bawah 20%, maka ia akan penuh 1,5 jam berikutnya.
  • Bila terisi penuh, maka indikator led berwarna putih akan padam.
  • Berapa lama screen on time-nya? tidak tahu kang, tapi berdasar penggunaan saya 14 jam!
  • Dengan penggunaan: GPS selalu ON, data selalu ON, Hotspot kadang-kadang, browsing, nonton, kadang main game.
  • Penggunaan real sehari-harinya gini: jam 04.00 di cas, jam 5.30 cabut. Berangkat, aktifitas di kereta, di kantor, di jalan. Sampai naik kereta lagi maghrib-nya, sampai waktu tidur (jam 22.00) masih bisa! (catatannya: setelah menyentuh 15% maka baterai saver aktif).
  • Fitur bawaan Nougat Doze to GO (dan chipset dengan proses pabrikasi 14 nm) mungkin ikut membantu daya tahan baterai ini.

Kesimpulan: Sesuai harapan. Sayangnya Quick Charging di non aktifkan oleh Xiaomi. (saya sudah coba dengan charger yang mendukung, hasilnya sama saja).

screenshot xiaomi mi a1-49

 

Singkatnya …

Xiaomi Mi A1 adalah handphone paling manis Xiaomi yang beredar resmi di Indonesia. Tidak hanya performa tapi fitur kamera menjadi andalan. Belum lagi janji mendapat pembaruan OS selama 2 tahun ke depan (OREO dan android P, Pancake?) membuat HP ini layak digunakan setidaknya hingga tahun 2019 (kalau betul yah janji-nya, dan bodi masih utuh, hehe).

Banyak yang bilang Motorola Moto G5s Plus adalah lawan sebandingnya. Bila kita tiadakan fitur kamera ganda pada keduanya, maka miriplah mereka. Mi A1 unggul di kapasitas memori yang lebih besar (64 GB) dan IR Blaster (infra red untuk remote). Sedangkan Moto G5s Plus unggul di Fast Charging dan NFC.

Kompetisi sebenarnya datang dari sang kakak: Redmi Note 4. Ia memang tidak manis, tampilannya maskulin, seakan berkata bahwa saya kuat. Betul sih kapasitas baterainya saja 4000mAh. Memang kamera-nya tidak istimewa, tapi selisih yang mecapai setengah juta membuat pilihan semakin mudah untuk mereka yang tidak peduli terhadap tampilan dan kamera kekinian.

isi-dalam-kotak-xiaomi-mi-a1-06.jpg

***

Kelebihan Xiaomi Mi A1

  • Kualitas pengerjaan dan Performa bagus, tidak cepat panas.
  • OS Android Nougat 7.1.2 Polosan Google, yang dijanjikan mendapat pembaruan minimal hingga 2 tahun (OREO dan P).
  • Kamera ganda dengan panjang fokal lensa yang berbeda (26mm dan 50mm).

Kekurangan Xiaomi Mi A1

  • Tidak ada Quick Charging.
  • Audio (earphone) tidak istimewa.
  • Jidat dan dagu (tepi atas dan bawah, bezel kata orang-orang) yang harusnya bisa lebih kecil.
  • Hasil kamera yang kurang konsisten (semoga ikut diperbaiki dengan adanya pembaruan firmware).

isi dalam kotak xiaomi mi a1-12

***

Spesifikasi Xiaomi Mi A1 (Harga Rp 3.099.000)

  • Bodi, Aluminium
  • Layar, 5″ IPS, Full HD 1080p, 403ppi.
  • OSAndroid OS 7.1.2 Nougat, (katanya segera dapat OREO).
  • Chipset, 14nm Snapdragon 625 chipset: octa-core 2.0GHz Cortex-A53 processor; Adreno 506 GPU.
  • RAM, 4GB.
  • Internal Memori, 64 GB dan Unlimited Upload foto ke Google Drive.
  • Kamera, Dual 12MP camera; wide F/2.2 + telephoto (normal) F/2.6, live bokeh effects, dual-LED flash, phase detection auto focus, 2160p@30fps video;
  • Selfie5MP, 1080p@30fps video.
  • SIM, Dual Nano Sim (Hybrid, 3 pilih 2).
  • Jaringan, LTE; Dual-band Wi-Fi a/b/g/n/ac; GPS/GLONASS/Beidou, Bluetooth v4.2.
  • Baterai, 3,080mAh, tanpa quick charging.
  • Lainnya, Fingerprint, IR Blaster, USB-C.

hasil kamera xiaomi mi a1-09

***

Sekian dulu kang, silakan yang ingin berbagi pengalaman juga.

Salam,

diki septerian

8 tanggapan untuk “Review Xiaomi Mi A1”

Tinggalkan Balasan ke Anonim Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.