Rumah Tangga

Ketika Anak Susah Makan

fakih karim_mamam3

HARI Sabtu dan Ahad kemarin, Fakih makannya lahap sekali. Ahad Malam dia menemani saya makan nasi liwet dengan ikan asin dan perkedel tahu. Siang makan nasi kuning di rumah Neneknya. Paginya, kue bolu habis di lahap. Kemarinnya tidak kalah banyak. Pagi makan nasi uduk, siang sepiring pepaya dan beberapa kue, malam sepiring nasi putih dengan nugget tahu, habis semua. Melihat anak makan senangnya bukan main, Embu-nya (Ibu) juga tidak kalah senangnya. Padahal dua minggu yang lalu ceritanya tidak begitu: Fakih melakukan GTM.

***

Desa Selaawi berjarak 98 km dari Kota Depok, kurang lebih. Desa itu dapat di akses melalui Jalan Raya Cianjur-Sukabumi. Di desa itu masih ada sawah-sawah yang terbentang luas juga gunung yang dapat didaki dan dijangkau dengan mudah. Gunung kekenceng, begitu warga menyebutnya. Warga tinggal di rumah-rumah sederhana: Rumah-rumah yang dindingnya dari kayu sulam. Ada juga rumah yang mewah, tapi tidak banyak. Rumah mewah tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan, apalagi rumah-rumah sederhana itu. Tapi, AC memang tidak perlu. Desa Selaawi sejuk, tidak terlalu dingin, juga tidak panas. Air nya dingin, mandi sehari sekali saja cukup (bila tidak melakukan aktivitas berat). Malam harinya tenang. Tidur dijamin nyenyak, karena nyamuk juga jarang mendekat. Fakih berada di sana untuk waktu yang cukup lama: 21 hari.

Selama di sana Fakih memiliki pola yang rutin. Tidur selepas maghrib, bangun ketika selepas subuh. Sepanjang malam bangun paling banyak dua kali. Cukup ngegantung enen (minum asi) selesai. Tidak ada bangung nangis-nangis tidak jelas. Tidak juga bangun minta minum air. Bangun pagi biasanya makan, main keluar (ngejar-ngejar ayam), baru mandi. Setelah itu dia ngantuk, tidur lagi sampai siang. Siang bangun, makan, main lagi keluar, lari-larian di lapangan sambil ngeliat amang-nya main layangan, sorenya pulang, mandi. “Cuma dia yang mandinya dua kali sehari”, ujar ibunya. Malam tidak makan berat, hanya kue-kue. Ketika saya pertama kali bertemu dengannya setelah 14 hari, dia tampak sehat. Gemuk menggemaskan.

***

Fakih kembali ke Depok dua minggu yang lalu. Saya sempat menemani kesehariannya 3 hari full, sebelum akhirnya kembali bekerja seperti biasa. Selama 3 hari itu Fakih mencoba beradaptasi kembali. Makan, tidur, main saya temani. Hari keempat Fakih mulai ‘sendiri’. Tidak ada yang membersamainya setiap waktu. Ibunya juga tidak (karena memang tidak bisa setiap saat, kan). Hari ke tujuh di Depok Fakih mulai berulah. Ibunya kewalahan. “Tidak tidur-tidur”, “Makannya susah”, “Maunya main keluar terus” adalah cerita rutin yang saya dengar setiap saya pulang dari kantor. Saat itu, fakih juga suaranya serak, ee nya hanya air berwarna coklat. Tidur malamnya sebentar-sebentar. Jelas dia lapar dan stress. Air Susu Ibunya menipis, karena memang fakih hanya mau enen dan minum air.

Gerakan Tutup Mulut (GTM) ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Dua orang kesayangan saya sama-sama sedang beradaptasi. Fakih 21 hari di kampung halaman, ibunya juga sama. Fakih nyenyak tidur dimalam hari, ibunya juga. Fakih dan istri saya kembali di saat Depok sedang panas-panasnya. Hujan belum juga menyapa. Tapi, masa’ harus kembali ke Sukabumi lagi?

“Coba ini”, sahut saya ke istri. Mata saya ternyata menangkap botol kecil di atas rak tempat ‘make up’ fakih. Botol kecil itu telah lama ada di situ. Isinya masih penuh. Istri dan saya membelinya sebelum lebaran. Tapi, sepertinya Fakih tidak menyukainya, hingga isi dari botol itu tidak pernah lagi ditawarkan kepadanya. Dengan gaya khasnya fakih menolak, “ndak… ndak” sambil menggelengkan kepala dan menjauhkan diri. Tapi, lama kelamaan dia mendekat. Dia akhirnya mau. Bahkan ketagihan, “a.. a..” sambil membuka mulut tanda minta tambah.

fakih karim_mamam2

***

Cerita selepas saya pulang kantor pun berubah. Fakih yang mau makan lagi, fakih yang ceria lagi, fakih yang suaranya tidak serak lagi, juga fakih yang ee ya sudah berisi lagi. Alhamdulillah. Apakah karena efek botol kecil itu? Saya rasa tidak hanya itu saja. Depok yang sudah di guyur hujan, cuaca yang tidak lagi sepanas dulu. Harus menjadi hitungan. Kesabaran dan doa seorang ibu apalagi. Tapi… jangan juga melupakan kreatifitas. Bila anak tidak mau mandi, ajak dengan sesuatu yang dia senangi, “Aku ajak dia mandi bola”, jelas istri. “Dia seneng banget, bahkan sampai-sampai tidak mau pergi dari kamar mandi”, tambahnya. Bila anak susah makan, cari kesenangannya, alihkan fokusnya, kemudian suapi. Atau biarkan dia mengambil makanannya sendiri. Jangan malah dibentak, “tuh lantai jadi kotor atau tuh baju kamu jadi kotor.”

Bila belum berhasil juga, coba tawarkan botol kecil itu. Botol yang isinya campuran madu dan temulawak. Tidak mahal harganya, dulu seingat saya hanya Rp. 16.000. Bisa dibeli ditoko-toko herbal ataupun di tempat-tempat lain yang sekiranya menjual. Kami waktu itu memilih merk itu karena ada takarannya, karena ditulis komposisinya, dan juga ada no registrasi BPOM-nya.

madu anak_1

***

Pagi tadi, sebelum saya berangkat Fakih sedang makan pisang. “a…a…” minta tambah seperti biasa. Siang ini belum tahu. Istri saya sudah menyiapkan beberapa amunisi lainnya bila memang makan berat tidak menarik baginya: Jeruk, Pepaya, Kelengkeng. Semoga tetap lahap ya kasep. Embu-nya jangan ditanya lahap apa nggak. Hehe …

Semoga bermanfaat.

salam,

diki septerian

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.